Showing posts with label Cerita Fabel. Show all posts
Showing posts with label Cerita Fabel. Show all posts

Tipu Daya Monyet

Tipu Daya Monyet
Di sebuah hutan yang lebat, ada seekor monyet kecil bernama Mimi yang suka meloncat kesana kesini. Ia gemar bermain dan sering lupa waktu jika dia sibuk bermain. Sambil makan pisang, dia bergelantungan di pohon dengan riang gembira. Mimi mempunyai sahabat, namanya Popo. kemana Mimi pergi, Popo pasti selalu menemani. Namun Popo mempunyai tubuh yang besar sehingga kurang lincah bila melompat-lompat, sering kali Mimi mengerjainya. Pada saat asyik bermain di pohon dekat sungai, terlihat seekor buaya datang menghampiri mereka berdua, Mimi dan Popo menyapa buaya itu. “Hai Buaya, apa kabarmu hari ini?” Mimi dan Popo menyapa. “Kabarku baik-baik saja, bagaimana kabar kalian berdua?” jawab buaya lanjut bertanya. “Kabar kami berdua juga baik-baik saja” jawab Mimi. “Ada keperluan apa kamu datang kemari, buaya?” lanjut tanya Mimi. “Ah, tidak apa-apa kok. Aku hanya ingin bermain bersama kalian” jawab buaya gagap. “baiklah kalau begitu, ayo kita bermain sekarang” ajak Mimi.

“Kita bermain diseberang saja, disana terdapat tempat yang indah dan asyik untuk bermain” bujuk buaya. “Wah, pasti menyenangkan ini, tapi kami tidak bisa berenang, buaya” tanya Mimi. “Tenang saja, aku akan mengantarkan kalian ke seberang, naik ke punggungku sekarang” jawab buaya. Mimi yang pertama kali di seberangkan oleh buaya itu, dari kejauhan, nampaknya Popo mulai curiga, ia melihat tingkah laku buaya yang aneh, padahal mereka baru kenal, kok tiba-tiba buaya itu bersikap baik kepada mereka berdua. “Harusnya tadi aku mengingatkan Mimi untuk waspada, semoga perkiraanku salah” gumam Popo sendirian. Sekembalinya buaya dan Mimi dari seberang, Popo lega karena tidak terjadi apa-apa seperti yang dipikirkannya. “Hai Popo, disana ada tempat bermain yang indah sekali, kamu tidak ingin melihatnya?” sapa Mimi. “Tidak Mimi” jawab Popo. “Sekarang aku pamit pulang dulu ya” kata buaya. “Ya buaya, terima kasih ya” jawab Mimi. Buaya pun meninggalkan mereka berdua di pinggir sungai, sementara Popo terus memandangi buaya dengan penuh rasa curiga. “Kita harus hati-hati, Mimi. Aku punya firasat yang tidak baik dengan buaya itu” Popo mengingatkan. “Memang kenapa, Popo” tanya Mimi. “Aku melihat perlaku aneh, sorot matanya menandakan ia mempunyai maksud yang tidak baik, Mimi” jawab Popo. “Itu cuma perasaanmu saja, kalau dia punya niat tidak baik, pasti di seberang tadi aku sudah di makannya” bantah Mimi. “Itulah kenapa tadi aku memperhatikan kamu terus, dia tahu aku mengawasinya,” jawan Popo. “Jangan berpikiran buruk dulu, Popo,” ucap Mimi.

Keesokan harinya, Mimi sedang bergelantungan di pohon pinggir sungai sendirian dan Popo belum datang untuk bermain dengan Mimi. “Hari yang indah ya?, kamu sendirian, Mimi?” sapa buaya. “Eh kamu buaya, iya nih aku sendirian, Popo belum datang” jawan Mimi. “Kita kesebarang lagi yuk, Mimi” ajak buaya. “Wah, menarik juga nih. Ayo kita berangkat sekarang” jawab Mimi. Dengan gembira Mimi melompat ke punggung buaya, mereka pun berangkat ke seberang. Ditengah perjalanan, buaya berkata kepada Mimi. “Sebenarnya aku sedang mencari obat untuk raja buaya yang sedang sakit.” “Apa obat yang bisa menyembuhkan penyakit rajamu, buaya?” tanya Mimi. “Obatnya adalah hati dan jantung monyet” jawab buaya. Mendengar jawaban buaya, Mimi terkejut bukan main. Ia sadar maksud buaya itu. “ternyata si Popo benar, aku harus cari cara untuk menyelamtakan diri sebelum aku di bunuh buaya untuk di ambil jantung dan hatiku” kata Mimi dalam hati. Sambil berpikir, Mimi menemukan akal untuk menyelamatkan diri. “Baiklah buaya, setelah di seberang, engkau boleh mengambil jantung dan hatiku, tapi ijinkanlah aku menikmati pemandangan indah itu untuk terakhir kalinya” akal Mimi. “kamu serius, Mimi?” jawab buaya. “Demi menyelamatkan raja mu, aku siap mengorbankan nyawaku” ucap Mimi. “Baiklah, nikmatilah pemandangan itu sepuas hatimu” jawan buaya.

Setelah sampai di seberang, dengan sedikit gemetar, Mimi akhirnya melompat ke daratan. Nampaknya buaya baru sadar kalau dia di tipu oleh Mimi. Di seberang sudah ada Popo yang menunggu bersama seekor burung besar untuk mengantarkan Mimi kembali di tempat semula. Popo sengaja tidak datang karena sudah tahu niat buaya. Mimi mengucapkan terima kasih kepada Popo, karena sudah mengingatkan dia. 

Pesan Moral : “Perangkap biasa mengenai siapa-saja, tapi kehati-hatian selalu membuat segala jebakan terungkap. Mata harus tetap waspada, tindakan harus tetap hati-hati, tapi kaki harus tetap berlari kencang.”

Si Nuri Yang Rajin

Si Nuri Yang Rajin
Di sebuah hutan yang lebar, ada keluarga Burung Nuri yang sedang bercengkerama di rumah mereka yang di atas pohon. Di rumah itu ada ayah Nuri, ibu Nuri, adik Nuri dan si Nuri. Ayahnya sedang memberi nasehat kepada anak-anaknya, adik Nuri dan si Nuri sangat memperhatikan nasehat sang ayah. “Apa kalian tahu mengapa ayah memanggil kalian untuk berkumpul di rumah?” tanya ayah Nuri. “Kita tidak tahu, yah memang ada apa?” jawab Nuri. Dengan sabar ayah Nuri menjelaskan semuanya. “Untuk kalian anak-anakku, ayah ingin memberitahu sesuatu kepada kalian” jelas si ayah. “Ya, ayah..sebenarnya ada apa?” tanya Nuri. “Anakku, di hutan ini, sekarang banyak sekali pendatang baru, otomatis makanan akan semakin sulit..Oleh karena itu, mulai sekarang kita harus lebih giat mencari makanan untuk persediaan kita nanti” kata ayah Nuri. “Ayah tidak usah khawatir, kami akan lebih giat mencari makanan untuk keluarga kita” tutur Nuri.

Di pagi yang cerah, matahari mulai nampak tuk memberi sinar alam semesta ini. Nuri dengan semangat berangkat mencari makanan di sekitar hutan, dengan bernyanyi riang gembira Nuri terbang. Tak terasa Nuri terbang jauh, namun belum mendapat makanan juga. “Aduh, kok jadi aneh ya, terbang kesana kemari belum juga dapat buah kesukaan keluargaku” gumam Nuri. Nuri pun terbang pelan, melihat-lihat sekitar hutan barangkali masih ada buah untuk makanannya. “Benar kata ayah, makanan sudah muali sulit dicari” kata Nuri. Secara tiba-tiba pandangan Nuri tertuju ke si Beo yang sedang termenung di ranting pohon, Nuri pun menghampiri si Beo. “Ada apa, Beo..Kok kamu wajahmu pucat, apa kamu sakit?” tanya si Nuri. “Ga kok, Nuri..aku baik-baik saja, hanya dari tadi pagi aku sudah terbang jauh namun belum juga mendapat makanan” jawab Beo. “Kalau begitu kita sama, Beo..Aku juga sudah dari tadi pagi belum mendapat makanan” jelas Nuri.

Bertambahnya pendatang baru di hutan sangat terasa, makanan mulai sulit, namun Nuri tidak pernah menyerah, ia terus berusaha mencari dan mencari makanan untuk persediaan keluarganya. “Ayo, Beo..Kita cari makanan bersama, jangan pernah menyerah” hibur Nuri. “Iya, Nuri..tapi aku sudah lapar, aku sudah tidak kuat terbang lagi” jawan Beo. “Jika kamu terus disini akan mendapat makanan?, ayo lebih baik kita mencoba lagi, pasti masih ada makanan” ajak Nuri. “Terbangnya pelan-pelan saja ya?” iba Beo. “Iya deh, semangat ya Beo” kata Nuri. Akhirnya Nuri dan Beo terbang ke timur untuk meneruskan mencari makanan. Pelan-pelan mereka terbang hingga akhirnya ada pohon yang rindang, dilihat dari luar pohon itu memang tidak ada buahnya, namun sebenarnya di tengah-tengah rindangnya pohon itu masih ada buah-buahan yang cukup banyak. “Lihat, Beo..Ada makanan, ayo kita cari yang banyak untuk persediaan keluarga kita masing-masing” teriak Nuri. “Kebetulan aku lapar, aku makan dulu aja ya, nanti baru kita bawa pulang” ajak Beo. “Terserah kamu aja Beo, aku mencari buah dulu untuk keluargaku dirumah, baru aku akan makan bersama-sama keluargaku” kata Nuri.

Dengan semangat Nuri memetik buah satu persatu dan dimasukkan ke dalam kantong yang sudah di siapkan. Setelah semua selesai, Nuri dan Beo terbang pulang kerumah masing-masing dan menyerahkan makanan yang telah di dapatkan kepada keluarga mereka. Orang tua Nuri sangat senang melihat Nuri pulang membawa makanan, mereka bangga mempunyai anak seperti Nuri yang rajin. 

Pesan Moral : “Jadilah anak yang rajin dan membantu orang tua. Karena ini adalah salah satu cara kamu berbakti kepada kedua orang tuamu. Mulai sekarang jadi anak yang rajin ya.”

Si Hiu Yang Suka Berbohong

Si Hiu Yang Suka Berbohong
Di sebuah laut yang sangat dalam, hiduplah seekor hiu yang besar. Hiu besar itu mempunyai banyak teman, dan semua teman-temannya pun suka kepadanya, karena ia pandai mendongeng. teman-teman hiu antara lain paus besar, gajah laut dan ikan pari, Hiu mulai mendongeng kepada teman-temannya itu. Ia mendongeng tentang kehebatan dirinya sendiri. Dengan sombongnya hiu memuji-muji dirinya sendiri. Hiu mendongeng bahwa ia mempunyai kelebihan bahwa ia tak terkalahkan, hiu bertanya kepada teman-temannya itu, “Terus apa saja kelebihan kalian”?, paus besar menjawab,”aku bisa tumbuh besar dan melompat ke atas”, lalu gajah laut ikut menjawab, “aku bisa berjalan di darat dengan mamakai sirip dan perutku”, tak ketinggalan ikan pari ikut pula menjawab, “aku bisa berenang dengan kedua sayapku”. 

Mendengar jawaban teman-temannya tampaknya hiu tak mau kalah dengan kelebihan temannya masing-masing, hiu mendongeng lagi, “apakah kalian pernah bertemu ikan piranha”?, paus besar balik bertanya kepada hiu, “apakah kamu pernah bertemu, hiu”?, dengan nada sombong hiu menjawab, “aku pernah bertemu dengan rombongan ikan piranha, dan mereka tidak akan memakanku”, “karena aku adalah hiu yang besar, hahahahaaaa!”, “kamu tidak takut hiu?” tanya paus besar. “aku tidak takut pada siapapun?” jawab hiu dengan penuh percaya diri. Dengan nada jengkel ikan pari menyahut, “apakah benar semua itu hiu?”, “benar, karena kau lebih besar dibanding piranha, dan aku lebih kuat”, sahut hiu dengan nada yang lantang. “Wah kamu memang hebat hiu,”dengan terkagum gajah laut memuji hiu. Dengan serius mereka mendengarkan dongeng hiu di atas sebuah kapal yang sudah lama karam. Ketika mereka sedang asyik mendengarkan dongeng si hiu, dengan tiba-tiba ada rombongan ikan piranha yang lewat di dekat mereka, dengan cepat paus besar, gajah laut, dan ikan pari bersembunyi di dalam kapal yang karam itu. 

Rombongan ikan piranha itu menuju ke kapal karam itu, mereka berputar-putar dan nampaknya mereka sedang lapar dan ingin mencari makan. Dengan hati-hati mereka bertiga terus bersembunyi di dalam kapal karam, namun dimana si hiu?, ternyata di hiu sedang bersembunyi dan sangat ketakutan. Beruntung rombongan piranha itu segera pergi. Setelah situasi aman, paus besar dan kedua temannya keluar dari persembunyian mereka, dengan penuh tanda tanya mereka mencari si hiu, “kemana hiu tadi?” tanya di gajah laut. Dengan gemetar hiu keluar dari persembunyiannya dengan wajah yang ketakutan. “Hiu, kemana saja kamu?”, “mengapa kamu tidak menghadapi mereka?”. tanya ikan pari. “Mana kehebatanmu hiu, seperti dongengmu tadi?”, hiu hanya terdunduk dan terdiam menahan malu karena sudah berbohong kepada teman-temannya. 

Pesan Moral : “Maka dari itu jangan suka berbohong ya, karena akan membuat dirimu malu. bicaralah apa adanya sesuai dengan kenyataan, kalau begini kan malu jadinya.”