Di sebuah hutan yang lebat, ada seekor monyet kecil bernama Mimi yang suka meloncat kesana kesini. Ia gemar bermain dan sering lupa waktu jika dia sibuk bermain. Sambil makan pisang, dia bergelantungan di pohon dengan riang gembira. Mimi mempunyai sahabat, namanya Popo. kemana Mimi pergi, Popo pasti selalu menemani. Namun Popo mempunyai tubuh yang besar sehingga kurang lincah bila melompat-lompat, sering kali Mimi mengerjainya. Pada saat asyik bermain di pohon dekat sungai, terlihat seekor buaya datang menghampiri mereka berdua, Mimi dan Popo menyapa buaya itu. “Hai Buaya, apa kabarmu hari ini?” Mimi dan Popo menyapa. “Kabarku baik-baik saja, bagaimana kabar kalian berdua?” jawab buaya lanjut bertanya. “Kabar kami berdua juga baik-baik saja” jawab Mimi. “Ada keperluan apa kamu datang kemari, buaya?” lanjut tanya Mimi. “Ah, tidak apa-apa kok. Aku hanya ingin bermain bersama kalian” jawab buaya gagap. “baiklah kalau begitu, ayo kita bermain sekarang” ajak Mimi.
“Kita bermain diseberang saja, disana terdapat tempat yang indah dan asyik untuk bermain” bujuk buaya. “Wah, pasti menyenangkan ini, tapi kami tidak bisa berenang, buaya” tanya Mimi. “Tenang saja, aku akan mengantarkan kalian ke seberang, naik ke punggungku sekarang” jawab buaya. Mimi yang pertama kali di seberangkan oleh buaya itu, dari kejauhan, nampaknya Popo mulai curiga, ia melihat tingkah laku buaya yang aneh, padahal mereka baru kenal, kok tiba-tiba buaya itu bersikap baik kepada mereka berdua. “Harusnya tadi aku mengingatkan Mimi untuk waspada, semoga perkiraanku salah” gumam Popo sendirian. Sekembalinya buaya dan Mimi dari seberang, Popo lega karena tidak terjadi apa-apa seperti yang dipikirkannya. “Hai Popo, disana ada tempat bermain yang indah sekali, kamu tidak ingin melihatnya?” sapa Mimi. “Tidak Mimi” jawab Popo. “Sekarang aku pamit pulang dulu ya” kata buaya. “Ya buaya, terima kasih ya” jawab Mimi. Buaya pun meninggalkan mereka berdua di pinggir sungai, sementara Popo terus memandangi buaya dengan penuh rasa curiga. “Kita harus hati-hati, Mimi. Aku punya firasat yang tidak baik dengan buaya itu” Popo mengingatkan. “Memang kenapa, Popo” tanya Mimi. “Aku melihat perlaku aneh, sorot matanya menandakan ia mempunyai maksud yang tidak baik, Mimi” jawab Popo. “Itu cuma perasaanmu saja, kalau dia punya niat tidak baik, pasti di seberang tadi aku sudah di makannya” bantah Mimi. “Itulah kenapa tadi aku memperhatikan kamu terus, dia tahu aku mengawasinya,” jawan Popo. “Jangan berpikiran buruk dulu, Popo,” ucap Mimi.
Keesokan harinya, Mimi sedang bergelantungan di pohon pinggir sungai sendirian dan Popo belum datang untuk bermain dengan Mimi. “Hari yang indah ya?, kamu sendirian, Mimi?” sapa buaya. “Eh kamu buaya, iya nih aku sendirian, Popo belum datang” jawan Mimi. “Kita kesebarang lagi yuk, Mimi” ajak buaya. “Wah, menarik juga nih. Ayo kita berangkat sekarang” jawab Mimi. Dengan gembira Mimi melompat ke punggung buaya, mereka pun berangkat ke seberang. Ditengah perjalanan, buaya berkata kepada Mimi. “Sebenarnya aku sedang mencari obat untuk raja buaya yang sedang sakit.” “Apa obat yang bisa menyembuhkan penyakit rajamu, buaya?” tanya Mimi. “Obatnya adalah hati dan jantung monyet” jawab buaya. Mendengar jawaban buaya, Mimi terkejut bukan main. Ia sadar maksud buaya itu. “ternyata si Popo benar, aku harus cari cara untuk menyelamtakan diri sebelum aku di bunuh buaya untuk di ambil jantung dan hatiku” kata Mimi dalam hati. Sambil berpikir, Mimi menemukan akal untuk menyelamatkan diri. “Baiklah buaya, setelah di seberang, engkau boleh mengambil jantung dan hatiku, tapi ijinkanlah aku menikmati pemandangan indah itu untuk terakhir kalinya” akal Mimi. “kamu serius, Mimi?” jawab buaya. “Demi menyelamatkan raja mu, aku siap mengorbankan nyawaku” ucap Mimi. “Baiklah, nikmatilah pemandangan itu sepuas hatimu” jawan buaya.
Setelah sampai di seberang, dengan sedikit gemetar, Mimi akhirnya melompat ke daratan. Nampaknya buaya baru sadar kalau dia di tipu oleh Mimi. Di seberang sudah ada Popo yang menunggu bersama seekor burung besar untuk mengantarkan Mimi kembali di tempat semula. Popo sengaja tidak datang karena sudah tahu niat buaya. Mimi mengucapkan terima kasih kepada Popo, karena sudah mengingatkan dia.
Pesan Moral : “Perangkap biasa mengenai siapa-saja, tapi kehati-hatian selalu membuat segala jebakan terungkap. Mata harus tetap waspada, tindakan harus tetap hati-hati, tapi kaki harus tetap berlari kencang.”
EmoticonEmoticon