Makalah Rumah Pengasingan Bung Karno Bengkulu


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia yang dikenal dengan panggilan Bung Karno, pernah diasingkan ke Bengkulu. Bung Karno diasingkan oleh Belanda ke Bengkulu pada tahun 1939-1942. Dan di Bengkulu-lah Soekarno kemudian bertemu Fatmawati. Selama dalam pengasingan, Bung Karno tinggal di rumah di daerah Anggut Atas (sekarang Jl. Soekarno-Hatta). Rumah ini awalnya merupakan tempat tinggal Tan Eng Cian, salah satu penyedia bahan pokok untuk Belanda.
Rumah pengasingan Presiden Soekarno di Bengkulu merupakan satu dari bukti sejarah perjuangan kemerdekaan. Rumah pengasingan Bung Karno saat ini telah menjadi salah satu objek wisata sejarah dan cagar budaya di Bengkulu.  Selain menjadi tempat pengasingan, bangunan klasik berornamen Eropa dan Cina ini juga menjadi tempat perkumpulan seniman dikala itu, seperti Teater Montecarlo. Seperti apa rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu?

B.   Rumusan Masalah
1.    Deskripsi rumah pengasingan Bung Karno.
2.    Keadaan rumah pengasingan Bung Karno sampai saat ini.

C.   Tujuan
1.    Agar mengetahui deskripsi rumah pengasingan Bung Karno.
2.    Dapat mengetahui keadaan rumah pengasingan rumah Bung Karno yang ada di Bengkulu.
   
BAB II
PEMBAHASAN
  
A.   Deskripsi Rumah Pengasingan Bung Karno
Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Jeruk yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Di rumah ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah termasuk saat Beliau menyusun strategi-strategi perjuangan selama di pengasingan. Pembagian ruangan dan penataan koleksi benda bersejarah di rumah ini rapi dan teratur. 
Soekarno menempati rumah tersebut dari tahun 1938 hingga tahun 1942. Rumah ini berjarak sekitar 1,6 km dari Benteng Malborough. Rumah yang berada pada koordinat 0,3o 47l 85,1ll Lintang Selatan dan 102o15l 41,7ll  Bujur Timur ini berada di ketinggian 64 m di atas permukaan laut. Rumah pengasingan ini berukuran asli adalah 162 m² dengan bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya empat persegi panjang tidak berkaki dan dindingnya polos. Memiliki halaman yang cukup luas dengan atap berbentuk limas. Pintu utamanya berdaun ganda berbentuk persegi panjang dengan jendela persegi panjang berhias kisi-kisi. Belum diketahui kapan rumah ini pertama kali didirikan, namun diperkirakan dibangun awal abad ke-20 atau tahun 1918. 
Mulanya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian, penyumplai  sembako untuk Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.  Rumah tersebut berornamen Lokal, Eropa, dan Cina. Lokal diambil dari permukaan tanah. Ornamen Eropa diambil dari tingginya permukaan bangunan. Dan Ornamen Cina terdapat pada lubang angin yang ada di atas jendela dan pintu yang bermotif huruf Cina. Rumah ini kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menempatkan Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu. Di rumah ini Bung Karno tinggal bersama dengan Ibu Inggit, anak angkatnya, dan tukang kebun.

B.   Keadaan Rumah Pengasingan Rumah Bung Karno
Luas keseluruhan rumah pengasingan Bung Karno mencapai pada zaman dahulu berkisar kurang lebih 4 hektar. Selain rumah utama, ada beberapa bangunan lain. Dengan berjalannya waktu, oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu lahan yang ada kemudian dibagi-bagi untuk rumah penduduk dan sebagian untuk gedung instansi pemerintah daerah setempat. Rumah ini telah mengalami 3 kali renovasi yaitu 1985, 2003 dan 2014.
Di dalam rumah pengasingan ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah. Benda-benda tersebut merupakan saksi bisu yang menemani sang Proklamator dalam menyusun strategi-strategi perjuangan selama di pengasingan. Meskipun rumah ini tidak terbilang besar, namun pembagian ruang dan penataan benda-benda berharga tersebut cukup rapi dan teratur.
Di teras, selain meja dan kursi, ada dua lemari kecil, satu untuk menyimpan berbagai jenis suvenir dan satu lagi menjadi tempat menyimpan makanan khas Bengkulu dan berbagai jenis kue lainnya. Bergeser sedikit ke dalam rumah, pengunjung dapat menjumpai sepasang kursi tua. Di sisi kanan terdapat tiga buah kamar dan di sisi kiri terdapat dua kamar tidur. Di dalam kamar tidur terdapat ranjang besi yang merupakan tempat tidur Bung Karno saat ia menghuni rumah ini. Di dalam satu dari tiga kamar lainnya, yang terletak di bagian depan, terpajang duplikat sepeda tua, kendaraan yang biasa dipakai Bung Karno untuk bepergian ketika itu.
Di kamar paling tengah ditempatkan sebuah lemari gandeng berukuran 2 x 1,5 meter, tempat buku koleksi Bung Karno dipajang. Sebuah lemari pakaian menyimpan pakaian serta beberapa benda bekas pemain sandiwara ketika itu, seperti kebaya dan payung tua terbuat dari kertas. Semuanya telah tampak usang dan pudar warnanya. Kamar terakhir, pada bagian belakang, tampak kosong, tapi pada setiap bagian dinding terpajang bingkai-bingkai foto berukuran besar; tampak foto-foto Bung Karno beserta Ibu Inggit dan keluarga serta kerabatnya yang lain, termasuk foto Fatmawati yang ketika itu baru beranjak dewasa.
Pada bagian belakang rumah terdapat beranda dengan sepasang kursi santai. Pada bagian kanan terdapat bangunan memanjang ke belakang, terdiri atas lima petak, di antaranya merupakan kamar kecil atau kamar mandi, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai gudang dan dapur. Namun, koleksi peninggalan yang sebenarnya paling berharga di dalam rumah ini adalah buku-buku Bung Karno yang jumlahnya mencapai ratusan buah. Deretan buku-buku tebal tersebut meliputi pelbagai jenis, seperti karya sastra klasik, ensiklopedia, data kepemimpinan Jong Java, hingga Alkitab Pemuda Katolik. Sayang sekali, buku-buku yang sebagian besar berbahasa Belanda itu sudah dalam keadaan rapuh dan hancur termakan usia.
Sampul buku sebagian besar berlubang atau hancur. Warna buku pun sudah memudar dan rapuh. Tidak ada alat pengatur suhu atau sarana penjaga keawetan buku, seperti layaknya sebuah museum. Selain buku koleksi Bung Karno, puluhan seragam kelompok Tonil Monte Carlo juga disimpan di rumah ini. Sungguh disayangkan, di dalam lemari penyimpanan ini juga tidak dilengkapi dengan pengatur suhu dan cahaya untuk mencegah kerusakan akibat pelapukan dan berbagai faktor lain.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Rumah pengasingan Bung Karno di bangun sekitar tahun 1918. Soekarno menempati rumah tersebut dari tahun 1938 hingga tahun 1942. Mulanya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian, penyumplai  sembako untuk Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.  Rumah tersebut berornamen Lokal, Eropa, dan Cina. Di rumah ini Bung Karno tinggal bersama dengan Ibu Inggit, anak angkatnya yaitu Ratna Juami, dan tukang kebun.
2.   Rumah pengasingan Bung Karno pada saat sekarang ini telah menjadi museum. Rumah ini telah 3 kali renovasi yaitu 1985, 2003 dan 2014. Di dalam rumah pengasingan ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah. Peninggalan benda-benda sejarah itu telah mengalami keusangan dan pelapukan.

B.   Saran
Keaslian rumah pengasingan Bung Karno harus tetap dijaga. Itu pun memerlukan fasilitas teknologi yang mendukung. Seperti pengatur suhu untuk menjaga kelembapan pada barang-barang bersejarah agar tidak cepat rusak. Perawatan musium rumah Bung Karno harus dilakukan secara menyeluruh.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »