Cerpen Ketika Kepergian Dapat Merubah Segalanya

Pagi hari pukul 05.00 WIB. Udara masih terasa segar. Waktu yang tepat untuk memeluk bantal guling sambil mimpi bertemu pangeran! Udara yang dingin bertiupkan angin segar membuat kelopak mata rasanya semakin erat mengatup, sukar untuk dibukakan. Aku memandang ke luar jendela dengan mata mengantuk. Angin sejuk menerpa wajahku, sehingga membuat mataku terbuka. Tak lama kemudian, Ibuku datang menghampiriku membawa segelas air susu coklat, pas sekali dengan minuman kesukaan ku. Ibuku memang paling tau dengan semua kesukaanku. 

Hari semakin siang, aku pun segera bergegas membereskan tempat tidurku yang cukup berantakan. Lalu setelah itu aku segera mandi dan membantu Ibu menyelesaikan pekerjaan rumah. Semuanya telah selesai, aku dan Ibu ku duduk di depan rumah, aku bercerita kepada Ibu tentang apa yang sedang aku alami. Ya,aku dan Ibu ku seperti layaknya seorang teman, lebih tepatnya lagi seperti teman curhat. Ketika sedang asik-asiknya bercerita Papaku ternyata sudah terbangun dari mimpinya. Ibu menyuruhku menyiapkan secangkir kopi dan kue, namun aku tidak mendengarnya aku malah acuh dan pergi ke tempat tidurku. 

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. Temanku datang ke rumahku dan menanyakan aku kepada Ibu. Akupun keluar kamar dan menghampiri temanku yang sedang duduk di kursi depan rumah. Temanku mangajakku berlibur ke rumahnya di Cijulang.Namun, aku tidak mungkin diijinkan pergi oleh kedua orang tua ku untuk pergi ke sana. Sampai akhirnya, aku berusaha membohongi kedua orang tua ku, aku bilang kepada mereka kalau aku akan menginap di pesantren selama satu minggu. 

Kedua orang tua aku pun mengijinkan aku untuk pergi ke pesantren. Sebelum aku pergi, Ibuku menasehatiku supaya aku tidak menjadi anak yang nakal dan Papaku bilang jangan sampai membohongi Papa dan Ibu, bila kamu berbohong kamu akan tau sendiri akibatnya. Aku pun tidak mendengarkan omongan Papaku itu, aku dan temanku langsung berpamitan kepada Papa dan Ibu.  Kita berdua pergi ke terminal, kita menumpangi bus yang jurusannya ke Cijulang. Tanpa kami duga, mobil bus yang kami tumpangi kami tabrakan dengan sebuah sepeda motor. Seluruh orang yang ada di Bus itu pun terkejut panik termasuk aku dan temanku. Aku langsung berpikir, apa ini akibat dari aku membohongi kedua orang tua ku? Setelah semuanya selesai. Bus kembali melaju. Tak terasa kita pun akhirnya sampai di rumah temanku dan kita langsung beristirahat. 

Hari terus berganti, namun hatiku begitu tidak tenang. Aku coba menghilangkan rasa takut yang selalu menghantuiku namun tetap tidak bisa. Aku mencoba pergi bersama temanku ke Kolam Renang, disana kita berenang, bersenang-senang, tertawa gembira. Sekejap kegembiraan itu hilang, berganti menjadi kesedihan. Papaku menelpon aku, memberi tahukan bahwa Ibu masuk Rumah Sakit. Keesokan harinya aku aku pulang, dan aku segera pergi ke Rumah Sakit tempat di mana Ibuku dirawat. Dan ternyata benar, Ibu sudah berbaring tak berdaya di sebuah ruangan dan tidur dengan pasrahnya diatas kasur. Ku pandangi raut wajah Ibuku tanpa terasa air mataku jatuh membasahi pipiku dengan tangisan penuh penyesalan. 

Hari demi hari terus ku lewati, namun Ibuku tetap tertidur tak berdaya. 9 hari sudah aku menemani Ibuku di Rumah Sakit. Jam 04.00 WIB, aku mencoba membangunkan Ibuku, namun Ibuku tidak terbangun, Papahku mencoba untuk membangunkan Ibu, namun Ibu tetap juga tidak terbangun. Papa segera memanggil Dokter. Namun, Ibu sudah tidak dapat tertolong. Sehelai kain putih menutupi sekujur badan dan muka Ibuku. Aku dan keluargaku menjerit, menangis tak menyangka seakan tidak percaya Ibu akan pergi begitu cepat dan akan pergi untuk selama-lamanya. Aku menyesal, telah menyianyiakan Ibu selama beliau masih ada. Aku berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama lagi dan aku akan menjadi anak yang Shalehah, berbakti kepada Papa dan keluarga serta aku ingin membahagiakan Papah, adik, kakak dan keluarga-keluargaku. Selama aku bisa, aku akan melakukannya, demi Ibuku tercinta dan demi keluargaku.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »